Event Kajian Online September 2021

Fardhu Wudhu 3

Alhamdulillah telah terlaksana Kajian Online bersama keluarga besar Islamic School Harapan Mulia pada hari sabtu tanggal 4 September 2021 secara online. Kajian ini membahas tentang Kitab Fathul Qorib tema Fardhu Wudhu bagian III yang disampaikan oleh Ust Farid Mubarok, S.Pd.I

Berikut ini pemaparannya.

(وَ) الثَّالِثُ (غَسْلُ الْيَدَّيْنِ إِلَى الْمِرْفَقَيْنِ)

Fardlu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan hingga kedua siku.

فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُ مِرْفَقَانِ اعْتُبِرَ قَدْرُهُمَا

Jika seseorang tidak memiliki kedua siku, maka yang dipertimbangkan adalah kira-kiranya.

وَيَجِبُ غَسْلُ مَا عَلَى الْيَدَّيْنِ مِنْ شَعْرٍ وَسِلْعَةٍ وَأُصْبُعٍ زَائِدَةٍ وَأَظَافِيْرَ

Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua tangan, yaitu bulu, uci-uci, jari tambahan dan kuku.

وَيَجِبُ إِزَالَةُ مَا تَحَتَهَا مِنْ وَسَخٍ يَمْنَعُ وُصُوْلَ الْمَاءِ

Dan wajib menghilangkan perkara yang berada di bawah kuku, yaitu kotoran-kotoran yang bisa mencegah masuknya air.

(وَ) الرَّابِعُ (مَسْحُ بَعْضِ الرَّأْسِ) مِنْ ذَكَرْ أَوْ أُنْثَى

Fardlu yang ke empat adalah mengusap sebagian kepala, baik laki-laki atau perempuan.

أَوْ مَسْحُ بَعْضِ شَعْرٍ فِيْ حَدِّ الرَّأْسِ

Atau mengusap sebagian rambut yang masih berada di batas kepala.

وَلَاتَتَعَيَّنُ الْيَدُّ لِلْمَسْحِ بَلْ يَجُوْزُ بِخِرْقَةٍ وَغَيْرِهَا

Tidak harus menggunakan tangan untuk mengusap kepala, bahkan bisa dengan kain atau yang lainnya.

وَلَوْ غَسَلَ رَأْسَهُ بَدَلَ مَسْحِهَا جَازَ

Seandainya dia membasuh kepala sebagai ganti dari mengusapnya, maka diperkenankan.

وَلَوْ وَضَعَ يَدَّهُ الْمَبْلُوْلَةَ وَلَمْ يَحَرِّكْهَا جَازَ

Dan seandainya dia meletakkan (di atas kepala) tangannya yang telah di basahi dan tidak mengerakkannya, maka diperkenankan.

(وَ) الْخَامْسُ (غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ إِلَى الْكَعْبَيْنِ) إِنْ لَمْ يَكُنِ الْمُتَوَضِّئُ لَابِسًا لِلْخُفَّيْنِ

Fardlu yang ke lima adalah membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, jika orang yang melaksanakan wudlu’ tersebut tidak mengenakan dua muza.

فَإِنْ كَانَ لَابِسَهُمَا وَجَبَ عَلَيْهِ مَسْحُ الْخُفَّيْنِ أَوْ غَسْلُ الرِّجْلَيْنِ

Jika dia mengenakan duamuza, maka wajib bagi dia untuk mengusap keduamuza atau membasuh kedua kaki.

وَيَجِبُ غَسْلُ مَا عَلَيْهِمَا مِنْ شَعْرٍ وَسِلْعَةٍ وَأُصْبُعٍ زَائِدَةٍ كَمَا سَبَقَ فِي الْيِدَّيْنِ

Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua kaki, yaitu bulu, daging tambahan, dan jari tambahan sebagaimana keterangan yang telah dijelaskan di dalam permasalahan kedua tangan.

(وَ) السَّادِسُ (التَّرْتِيْبُ) فِي الْوُضُوْءِ (عَلَى مَا) أَيِ الْوَجْهِ الَّذِيْ (ذَكَرْنَاهُ) فِيْ عَدِّ الْفُرُوْضِ

Fardlu yang ke enam adalah tertib di dalam pelaksanaan wudlu’ sesuai dengan cara yang telah saya jelaskan di dalam urutan fardlu-fardlunya wudlu’.

فَلَوْ نَسِيَ التَّرْتِيْبَ لَمْ يَكْفِ

Sehingga, kalau lupa tidak tertib, maka wudlu’ yang dilaksanakan tidak mencukupi.

وَلَوْ غَسَلَ أَرْبَعَةٌ أَعْضَاءَهُ دَفْعَةً وَاحِدَةً بِإِذْنِهِ ارْتَفَعَ حَدَثُ وَجْهِهِ فَقَطْ .

Seandainya ada empat orang yang membasuh seluruh anggota wudlu’nya seseorang sekaligus dengan seizinnya, maka yang hilang hanya hadats wajahnya saja

Tanbihun :
Apakah wudhu itu harus selalu tertib ?

Apabila seseorang yang sedang hadats kecil menyelam dalam air meskipun dalam air yang sedikit dengan disertai niat yang dianggap oleh syara’ maka wudhunya dianggap cukup meskipun dalam masa menyelam tidak ada masa/tempo untuk memungkinkan baginya menjalani tartib.

(Keterangan dalam air yang sedikit) artinya menyelam dalam air muthlak meskipun airnya sedikit, namun cukupnya wudhu dengan menyelam tersebut bila seseorang yang hadats niat saat sudah dalam keadaan menyelam dengan sempurna, bila belum maka yang terangkat hanya hadats yang terdapat pada wajah saja bila disertai dengan niat dan sisa air lainnya menjadi musta’mal.(Keterangan dengan disertai niat yang dianggap oleh syara’) seperti “niat menghilangkan hadats, niat wudhu atau fadhunya wudhu”.

(Keterangan maka wudhunya dianggap cukup) karena tartib dapat ia hasilkan dalam masa yang amat sekejap(Keterangan meskipun dalam masa menyelam tidak ada masa untuk memungkinkan baginya menjalani tartib) sedang menurut ar-Rofi’i wudhu yang semacam ini tidak dianggap cukup kecuali saat ia menyelam dalam tempo yang memungkinkan baginya menjalani tartib. [ I’aanah at-Thoolibiin I/42 ].

حاشية إعانة الطالبين على حل ألفاظ فتح المعين لشرح قرة العين بمهمات الدين ج 1 – الصفحة 42أبي بكر ابن السيد محمد شطا الدمياطيولو انغمس محدث ولو في ماء قليل بنية معتبرة مما مر أجزأه عن الوضوء ولو لم يمكث في الانغماس زمنا يمكن فيه الترتيب( قوله ولو انغمس محدث ) أي حدثا أصغر لانصرافه إليه عند الإطلاق وقوله ولو في ماء قليل غاية لمقدر أي انغمس في ماء مطلق ولو كان قليلا لكن محل الاكتفاء بالانغماس فيه كما في الكردي فيما إذا نوى المحدث بعد تمام الانغماس رفع الحدث وإلا ارتفع الحدث عن الوجه فقط إن قارنته النية وحكم باستعمال الماء ( قوله بنية معتبرة مما مر ) كنية رفع الحدث أو نية الوضوء أو فرض الوضوء ( قوله أجزأه ) أي لأن الترتيب يحصل في لحظات لطيفة ( قوله ولو لم يمكث إلخ ) الغاية للرد على الرافعي القائل بأنه لا بد للإجزاء من إمكان الترتيب بأن يغطس ويمكث قدر الترتيب

Cara berwudhu orang yang buntung tangan nya :

• Bila terpotong di bawah siku, wajib membasuh sisa lengan yang ada

• Bila terpotong tepat di sikunya menurut pendapat yang paling shahih dan mashur wajib membasuh tulang sikunya yang masih ada

• Bila terpotong di atas siku, sunnah membasuh lengan di atas sikunya

( فَإِنْ قَطَعَ بَعْضَهُ ) أَيْ بَعْضَ مَا يَجِبُ غَسْلُهُ ( وَجَبَ ) غَسْلُ ( مَا بَقِيَ ) لِخَبَرِ { إذَا أَمَرْتُكُمْ بِأَمْرٍ فَأْتُوا مِنْهُ مَا اسْتَطَعْتُمْ } وَلِأَنَّ الْمَيْسُورَ لَا يَسْقُطُ بِالْمَعْسُورِ ( أَوْ ) قَطَعَ ( مِنْ مِرْفَقِهِ ) بِأَنْ سَلَّ عَظْمَ ذِرَاعِهِ وَبَقِيَ الْعَظْمَانِ الْمُسَمَّيَانِ بِرَأْسِ الْعَضُدِ ( فَرَأْسٌ ) أَيْ فَيَجِبُ غَسْلُ رَأْسِ ( عَظْمِ الْعَضُدِ عَلَى الْمَشْهُورِ ) لِكَوْنِهِ مِنْ الْمِرْفَقِ تَفْرِيعًا عَلَى أَنَّهُ اسْمٌ لِمَجْمُوعِ الْعَظْمَيْنِ وَالْإِبْرَةِ وَهُوَ الْأَصَحُّ ، وَالثَّانِي فَرْعُهُ عَلَى أَنَّهُ طَرَفُ عَظْمِ السَّاعِدِ فَقَطْ وَوُجُوبُ غَسْلِ رَأْسِ الْعَضُدِ بِالتَّبَعِيَّةِ ( أَوْ فَوْقَهُ ) أَيْ قَطَعَ مِنْ فَوْقِ مِرْفَقِهِ ( نُدِبَ ) غَسْلُ ( بَاقِي عَضُدِهِ ) كَمَا لَوْ كَانَ سَلِيمَ الْيَدِ لِئَلَّا يَخْلُوَ الْعُضْوُ عَنْ طَهَارَةٍ

“Bila terpotong sebagian tangan yang wajib ia basuh maka wajib membasuh yang tersisa dari yang terpotong tersebut berdasarkan hadits : “Bila aku perintahkan pada kalian satu perkara, maka laksanakan sebatas kemampuan kalian” dan karena kelapangan tidak semata dapat gugur sebab kesempitan.

Atau terpotong hingga kedua sikunya dan yang tersisa hanya kedua tulang disikunya maka ia wajib membasuh tulang sikunya menurut pendapat yang mashur karena ia bagian dari siku dengan pertimbangan bahwa kedua tangan adalah anggauta keseluruhan dari kedua tulang siku beserta lengannya dan ini adalah pendapat yang paling shahih.

Atau terpotong diatas tulang sikunya maka sunah membasuh sisa lengan atasnya sebagaimana orang yang kedua tangannya sempurna agar tidak terdapati anggota tubuhnya yang tidak ia sucikan”. [ Hasyiyah as-Syibro Malisy Nihayah al-Muhtaaj I/51 ].

Wajib membasuh rambut rambut yang ada di muka :

Wajib membasuh setiap rambut bulu mata, alis, athi-athi (rambut yang tumbuh sejajar dengan telinga antara pelipis dan muka pipi), kumis, godek, dan bulu yang tumbuh dibibir bawah.

Wajib membasuh bagian dhahir dan bathinnya meskipun ia lebat karena kelebatannya dinilai sangat jarang maka hukumnya disamakan dengan kebiasaannya. [ Al-Iqnaa’ I/38 ].

( وَيَجِبُ غَسْلُ كُلِّ هُدْبٍ ) بِالْمُهْمَلَةِ ( وَحَاجِبٍ وَعِذَارٍ ) بِالْمُعْجَمَةِ ( وَشَارِبٍ وَخَدٍّ وَعَنْفَقَةِ شَعَرٍ ) بِفَتْحِ الْعَيْنِ ( وَبَشَرٍ ) أَيْ ظَاهِرًا وَبَاطِنًا سَوَاءٌ خَفَّ الشَّعْرُ أَمْ كَثُفَ لِأَنَّ كَثَافَتَهُ ، نَادِرَةٌ ، فَأُلْحِقَ بِالْغَالِبِ

Wajib membasuh setiap rambut bulu mata, alis, athi-athi (rambut yang tumbuh sejajar dengan telinga antara pelipis dan muka pipi), kumis, godek, dan bulu yang tumbuh dibibir bawah.

Wajib membasuh bagian dhahir dan bathinnya meskipun ia lebat karena kelebatannya dinilai sangat jarang maka hukumnya disamakan dengan kebiasaannya. [ Qolyubi I/207 ].

( ويجب غسل كل هدب ) … ( وعذار ) وهو بالذال المعجمة الشعر النابت المحاذي للأذن بين الصدغ والعارض

Wajib membasuh setiap rambut bulu mata… Dan athi-athi (rambut yang tumbuh sejajar dengan telinga antara pelipis dan muka pipi). [ Mughni al-Muhtaaj I/51 ].

Wallahu’alam bisshowab

There are no comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Start typing and press Enter to search

Shopping Cart