Harapan Mulia
Pengajian Online Februari II 2021
Alhamdulillah pada hari ini, tanggal 27 Februari 2021, Islamic School Harapan Mulia mengadakan kegiatan Pengajian Online Keluarga Besar Islamic School Harapan Mulia. Pengajian ini di sampaikan oleh Ust. Farid Mubarok, S.Pd.I,
(فَصْلٌ) فِيْ ذِكْرِ شَيْئٍ مِنَ الْأَعْيَانِ الْمُتَنَجِّسَةِ وَمَا يَطْهُرُ مِنْهَا بِالدِّبَاغِ وَمَالَايَطْهُرُ
(Fasal) menjelaskan tentang barang-barang najis, barang-barang najis yang bisa suci dengan cara di-samak dan yang tidak bisa suci (dengan cara di samak)
وَجُلُوْدُ الْمَيْتَةِ) كُلِّهَا (تَطْهُرُ بِالدِّبَاغِ) سَوَاءٌ فِيْ ذَلِكَ مَيْتَةُ مَأْكُوْلِ اللَّحْمِ وَغَيْرِهِ
Kulit bangkai semuanya bisa suci dengan cara di-samak. Dalam hal itu baik bangkai binatang yang halal dimakan dan yangtidak halal dimakan.
وَكَيْفِيَّةُ الدَّبْغِ أَنْ يَنْزِعَ فُضُوْلَ الْجِلْدِ مِمَّا يُعَفِّنُهُ مِنَ الدَّمِ وَنَحْوِهِ بِشَيْئٍ حِرِّيْفٍ كَعَفْصٍ وَلَوْكَانَ الْحِرِّيْفُ نَجِسًا كَذَرْقِ حَمَامٍ كَفَى فِي الدَّبْغِ
Tata cara menyamak adalah menghilangkanfudlulul (hal-hal yang melekat) kulit yang bisa membuat busuk yaitu berupa darah dan sesamanya, dengan menggunakan barang yang asam / pahit sepertitanaman afshin[1]. Jika barang pahit yang digunakan itu najis seperti kotoran burung dara, maka sudah dianggap cukup dalam penyamakan.
(إِلَّاجِلْدَ الْكَلْبِ وَالْحِنْزِيْرِ وَمَا تَوَلَّدَ مِنْهُمَا أَوْ مِنْ أَحَدِهِمَا) مَعَ حَيَّوَانٍ طَاهِرٍ, فَلَا يَطْهُرُ بَالدِّبَاغِ
Kecuali kulit bangkai anjing, babi, keturunan keduanya, atau keturunan salah satu dari keduanya hasil perkawinan dengan binatang yang suci. Maka kulit binatang-binatang ini tidak bisa suci dengan cara di-samak.
(وَعَظْمُ الْمَيْتَةِ وَشَعْرُهَا نَجِسٌ) وَكَذَا الْمَيْتَةُ أَيْضًا نَجِسَةٌ
Tulang dan bulunya bangkai hukumnya adalah najis. Begitu juga bangkainya itu sendiri hukumnya juga najis.
وَأُرِيْدَ بِهَا الزَّائِلَةُ الْحَيَّاةِ بِغَيْرِ ذَكَّاةٍ شَرْعِيَّةٍ.
Yang dikehendaki dengan bangkai adalah binatang yang mati sebab selain sembelihan secara syar’i.
فَلَا يُسْتَثْنَى حِيْنَئِذٍ جَنِيْنُ الْمُذَكَّاةِ إِذَا خَرَجَ مِنْ بَطْنِ أُمِّهِ مَيْتًا, لِأَنَّ ذَكَّاتَهُ فِيْ ذَكَّاةِ أُمِّهِ. وَكَذَا غَيْرُهُ مِنَ الْمُسْتَثْنَيَاتِ الْمَذْكُوْرَةُ فِي الْمَبْسُوْطَاتِ
Kalau demikian, maka tidak perlu dikecualikan janinnya binatang yang disembelih (secara syar’i) yang keluar dari perut induknya dalam keadaan mati. Begitu juga bentuk-bentuk pengecualian lain yang dijelaskan di dalam kitab-kitab yang luas keterangannya.
ثُمَّ اسْتَثْنَى مِنْ شَعْرِ الْمَيْتَةِ قَوْلَهُ (إِلَّا الْآدَمِيَّ) أَيْ فَإِنَّ شَعْرَهُ طَاهِرٌ كَمَيْتَتِهِ.
Kemudian mushannaif mengecuali-kan dari bulu bangkai yaitu ungkapan beliau yang berbunyi,“kecuali anak Adam. ”Maksudnya, maka sesungguhnya rambut dan bulu anak Adam hukumnya suci.
(فَصْلٌ) فِيْ بَيَانِ مَا يَحْرُمُ اسْتِعْمَالُهُ مِنَ الْأَوَانِيْ وَمَا يَجُوْزُ
(Fasal) menjelaskan wadah-wadah yang haram dipergunakan dan yang boleh dipergunakan.
وَبَدَأَ بِالْأَوَّلِ فَقَالَ (وَلَا يَجُوْزُ) فِيْ غَيْرِ ضَرُوْرَةٍ لِرَجُلٍ أَوْ امْرَأَةٍ (اسْتِعْمَالُ)شَيْئٍ مِنْ (أَوَانِي الذَّهِبِ وَالْفِضَّةِ) لَا فِيْ أَكْلٍ وَلَافِيْ شُرْبٍ وَلَاغَيْرِهِمَا
Mushannif mengawali dengan yang pertama(yang haram dipergunakan). Beliau berkata, “selain keadaan darurat, tidak diperkenankan bagi laki-laki dan perempuan untuk menggunakan sesuatu dari wadah-wadah yang terbuat dari emas dan perak. Tidak untuk makan, minum dan selain keduanya.”
وَكَمَا يَحْرُمُ اسْتِعْمَالُ مَا ذُكِرَ, يَحْرُمُ اتِّخَاذُهُ مِنْ غَيْرِ اسْتِعْمَالٍ فِي الْأَصَحِّ
Sebagaimana haram menggunakan barang-barang yang telah disebutkan di atas, begitu juga haram menyimpannya tanpa digunakan menurut pendapat al ashah.
Demikian pemaparan materi pada hari ini, Semoga bermanfaat dan istiqomah dalam mengikuti kajian selanjutnya. Wallahu’alambishowab.
There are no comments